Kondisi di
kampus kami semakin heterogen, membuat LDK sulit untuk melakukan agenda syiar,
bagaimana caranya agar kami dapat menjalankan syiar yang tepat sasaran sesuai
dengan kebutuhan objek dakwah ?
Ketika mendapatkan pertanyaan ini, saya seketika
teringat oleh Saudara saya Adrian Fetriska, mantan Ketua LDK FKI Rabbani UNAND.
Saya teringat akan presentasi beliau tentang syiar dengan hati, oleh karena itu
untuk pertanyaan ini, izinkan saya untuk menjawab dengan pedoman slide presentasi
adrian tentang syiar.
Telinga dapat disentuh dengan mulut, mata dapat
disentuh dengan mata, kulit bisa disentuh dengan kulit. Tetapi karena kita berbicara tentang dakwah,
yang bersinggungan dengan hati atau perasaan objek dakwah, maka hati lah yang
bermain, dan hati hanya dapat disentuh dengan hati.
“Memahami apa yang dirasakan dan diharapkan orang lain
membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya hati yang bisa membaca hati.”
Syiar merupakan suatu usaha
atau suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu atau perkataan atau
perbuatan yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan untuk menyeru dan
mendorong agar orang lain memenuhi ajakan atau seruan tersebut. Pesan pesan
disini dimaksudkan adalah pesan yang telah disedikan oleh Allah dalam Al Qur’an
dan di dukung oleh perkataan Rasul. Sebenarnya kita sangat beruntung sebagai
aktifis dakwah Islam, dimana isi atau konten dakwah sudah ada dan cara untuk
melakukan serta koridornya juga sudah jelas. Tinggal bagaimana kita
menyesuaikan saja dengan kondisi objek dakwah.
Salah satu keunggulan
Rasulullah dalam berdakwah adalah kelembutan hatinya. Dalam sebuah kisah, Rasul
selalu rajin menyuapi seorang yahudi tua yang tidak bisa melihat ( baca:buta )
setiap pagi, padahal yahudi tua ini selalu menghina Rasul. Mencerca agama
Islam. Akan tetapi rasul tetap saja menyuapinya tanpa pernah terlewat
seharipun. Ketika Rasul meninggal, Sahabat Abu bakar berinisiatif untuk
menggantikan peran beliau dalam menyuapi seorang yahudi tua ini.
Orang tua yahudi :
kamu, siapa ? orang biasa yang menyuapi ku sangat lembut dan menenangkan
Abu bakar : (terdiam)
Orang tua yahudi :
kamu siapa ? kemana orang yang biasa menyuapi ku ?
Abu bakar :
saya abu bakar, orang yang terbiasa menyuapi mu telah meninggal,
Muhammad Rasulullah Telah tiada
Orang tua yahudi : (menangis)
Setelah kejadian ini orang
tua tersebut akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Ini merupaka sebagian dari
contoh kebaikan hati Rasul terhadap umatnya bahkan seorang yang membenci
dirinya. Dan ( lagi-lagi ) kekuatan hatilah yang mengubah seseorang, membukakan
hati seseorang dan menjadi kunci sukses dakwah.
Dalam konteks dakwah
kampus, peran kader sebagai individu dalam menyampaikan risalah dakwah berperan
signifikan. Keteledanan, budi pekerti, dan tutur kata yang baik adalah profil
yang diharapkan ada dalam setiap kader. Sebagai lembaga dakwah, perlu juga
menampilkan sisi Islam yang Ar Rahman dan Ar Rahiim, sisi Islam
yang sangat disenangi oleh semua orang. Penampilan sisi ini bisa ditampilkan
secara visual dalam bentuk media publikasi, nama dan tema kegiatan,
serta materi yang disampaikan. Selain itu, mengajak secara personal oleh kader
kepada objek dakwah juga merupakan bentuk berbicara dengan hati. Jangan terlalu
sering memanfaatkan media “benda mati” seperti leaflet, poster atau baligo
untuk mengajak. Karena pada dasarnya “mereka” tidak bisa berbicara. Optimalkan
setiap potensi kader untuk mengajak dan berbicara dengan hatinya setiap
penggalan risalah Islam yang mulia ini.
Adrian fetriska dalam
presentasinya menyampaikan tips bagaimana syiar dengan hati ini dijalankan.
Beliau menamakannya ADRIAN THEORY. Akan tetapi saya akan menjabarkan menurut
intrepertasi saya yang berlandaskan pengalaman saya selama di dakwah kampus.
A Amati objek
dakwah. Mengamati dan memahami karakter objek dakwah serta apa yang dibutuhkannya. Setiap medan dakwah mempunyai
kekhasan tersendiri dan keunikan tersendiri.
D Dekati dengan
pendekatan Objek. Objek dakwah punya keinginan dan harapan tertentu
terhadap kader. Pada dasaranya mereka hanya butuh disapa dan didekati. Banyak keinginan
dari objek dakwah terhadap kita, akan tetapi terkadang kita justru tertutup dan
tidak mendekat dengan alasan “tidak nyambung”. Dalam dakwah, terkadang kita
perlu sedikit “berkorban perasaan” dengan mengikuti “gaya” objek dakwah yang
masih dalam batas syariah. Seperti mahasiswa yang mungkin terbiasa menggunakan
celana jeans, dengan menanggalkan celana bahan yang menjadi identitas aktifis
dakwah dan mengganti dengan celana jeans untuk kita bisa diterima oleh objek
dakwah.
R Respon kebutuhannya. Cepat tanggap terhadap apa yang dibutuhkan
oleh objek dakwah, sebagai contoh, pada bulan ramadhan, massa kampus biasanya
butuh jadwal imsakiyah, ta’jil berbuka, informasi tentang puasa, dan
kesempatan untuk beramal lebih. Lembaga dakwah sekiranya cepat merespon
kebutuhan ini untuk mendapat hati para mahasiswa.
I Inisiatif secepatnya. Jangan terlalu lama dalam
perencanaan. Segera cepat tanggap dan laksanakan respon yang ada. Jangan sampai
keterlambatan respon ini membuat objek dakwah tidak bersemangat lagi atau
berpindah haluan, sehingga hilang kesempatan kita untuk menyentuh mereka.
A Anda gunakan bahasa mereka. Bahasa disini, selain
bahasa lingual juga terkait bahasa tubuh, dan materi yang disampaikan.
Secara lingual, kita bisa menggunakan bahasa keseharian objek dakwah,
apakah itu “aku” dan “kamu” atau “gw” dan “loe” atau “saya” dan “anda”. Tidak
perlulah kita terobsesi dengan bahasa arab akan tetapi kita menjadi “makhluk
planet” yang hanya menggunakan bahasa yang hanya diantara kita yang mengerti,
seperti “ana” dan “antum” atau “afwan” dan “tafadhol”. Secara materi, maksudnya
sampaikan sesuatu yang dianggap sesuai dengan kepahaman objek dakwah saat itu.
Sebutlah untuk materi “mengenal Allah”, pada tahap awal bisa kita menyampaikan
hal yang sederhana tapi tepat, seperti “asmaul husna” atau “tanda-tanda Allah
di Alam”. Penyampaian materi yang tepat akan memudahkan objek dakwah memahami
apa yang kita maksud.
N Ndak bacilemak peak.
Dalam bahasa minang berarti tidak berantakan atau terstuktur. Adanya
perencanaan yang matang, analisis objek yang baik, serta proses yang di monitor
dengan rapi dan evaluasi untuk perbaikan kedepannya. Selain itu, tidak
berantakan ini juga terkait pengemasan kita. Terkadang kita terlalu menganggap
enteng hal yang sederhana, sehingga penyampaian acara seakan “seadanya” dan
“dipaksakan”.
Referensi : slide
powerpoint : berbicara dari hati. Adrian Fetriska