Sabtu, 01 November 2014

Syiar : berbicara dari hati




Kondisi di kampus kami semakin heterogen, membuat LDK sulit untuk melakukan agenda syiar, bagaimana caranya agar kami dapat menjalankan syiar yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan objek dakwah ?
Ketika mendapatkan pertanyaan ini, saya seketika teringat oleh Saudara saya Adrian Fetriska, mantan Ketua LDK FKI Rabbani UNAND. Saya teringat akan presentasi beliau tentang syiar dengan hati, oleh karena itu untuk pertanyaan ini, izinkan saya untuk menjawab dengan pedoman slide presentasi adrian tentang syiar.
Telinga dapat disentuh dengan mulut, mata dapat disentuh dengan mata, kulit bisa disentuh dengan kulit.  Tetapi karena kita berbicara tentang dakwah, yang bersinggungan dengan hati atau perasaan objek dakwah, maka hati lah yang bermain, dan hati hanya dapat disentuh dengan hati.
Memahami apa yang dirasakan dan diharapkan orang lain membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya hati yang bisa membaca hati.                   
Syiar merupakan suatu usaha atau suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu atau perkataan atau perbuatan yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan untuk menyeru dan mendorong agar orang lain memenuhi ajakan atau seruan tersebut. Pesan pesan disini dimaksudkan adalah pesan yang telah disedikan oleh Allah dalam Al Qur’an dan di dukung oleh perkataan Rasul. Sebenarnya kita sangat beruntung sebagai aktifis dakwah Islam, dimana isi atau konten dakwah sudah ada dan cara untuk melakukan serta koridornya juga sudah jelas. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan saja dengan kondisi objek dakwah.
Salah satu keunggulan Rasulullah dalam berdakwah adalah kelembutan hatinya. Dalam sebuah kisah, Rasul selalu rajin menyuapi seorang yahudi tua yang tidak bisa melihat ( baca:buta ) setiap pagi, padahal yahudi tua ini selalu menghina Rasul. Mencerca agama Islam. Akan tetapi rasul tetap saja menyuapinya tanpa pernah terlewat seharipun. Ketika Rasul meninggal, Sahabat Abu bakar berinisiatif untuk menggantikan peran beliau dalam menyuapi seorang yahudi tua ini.
Orang tua yahudi                 : kamu, siapa ? orang biasa yang menyuapi ku sangat lembut dan menenangkan
Abu bakar                              : (terdiam)
Orang tua yahudi                 : kamu siapa ? kemana orang yang biasa menyuapi ku ?
Abu bakar                              : saya abu bakar, orang yang terbiasa menyuapi mu telah meninggal,
                                                  Muhammad Rasulullah Telah tiada
Orang tua yahudi : (menangis)
Setelah kejadian ini orang tua tersebut akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Ini merupaka sebagian dari contoh kebaikan hati Rasul terhadap umatnya bahkan seorang yang membenci dirinya. Dan ( lagi-lagi ) kekuatan hatilah yang mengubah seseorang, membukakan hati seseorang dan menjadi kunci sukses dakwah.
Dalam konteks dakwah kampus, peran kader sebagai individu dalam menyampaikan risalah dakwah berperan signifikan. Keteledanan, budi pekerti, dan tutur kata yang baik adalah profil yang diharapkan ada dalam setiap kader. Sebagai lembaga dakwah, perlu juga menampilkan sisi Islam yang Ar Rahman dan Ar Rahiim, sisi Islam yang sangat disenangi oleh semua orang. Penampilan sisi ini bisa ditampilkan secara visual dalam bentuk media publikasi, nama dan tema kegiatan, serta materi yang disampaikan. Selain itu, mengajak secara personal oleh kader kepada objek dakwah juga merupakan bentuk berbicara dengan hati. Jangan terlalu sering memanfaatkan media “benda mati” seperti leaflet, poster atau baligo untuk mengajak. Karena pada dasarnya “mereka” tidak bisa berbicara. Optimalkan setiap potensi kader untuk mengajak dan berbicara dengan hatinya setiap penggalan risalah Islam yang mulia ini.
Adrian fetriska dalam presentasinya menyampaikan tips bagaimana syiar dengan hati ini dijalankan. Beliau menamakannya ADRIAN THEORY. Akan tetapi saya akan menjabarkan menurut intrepertasi saya yang berlandaskan pengalaman saya selama di dakwah kampus.
A             Amati objek dakwah. Mengamati dan memahami karakter objek dakwah serta apa yang    dibutuhkannya. Setiap medan dakwah mempunyai kekhasan tersendiri dan keunikan tersendiri.
D             Dekati dengan pendekatan Objek. Objek dakwah punya keinginan dan harapan tertentu terhadap kader. Pada dasaranya mereka hanya butuh disapa dan didekati. Banyak keinginan dari objek dakwah terhadap kita, akan tetapi terkadang kita justru tertutup dan tidak mendekat dengan alasan “tidak nyambung”. Dalam dakwah, terkadang kita perlu sedikit “berkorban perasaan” dengan mengikuti “gaya” objek dakwah yang masih dalam batas syariah. Seperti mahasiswa yang mungkin terbiasa menggunakan celana jeans, dengan menanggalkan celana bahan yang menjadi identitas aktifis dakwah dan mengganti dengan celana jeans untuk kita bisa diterima oleh objek dakwah.
R              Respon kebutuhannya. Cepat tanggap terhadap apa yang dibutuhkan oleh objek dakwah, sebagai contoh, pada bulan ramadhan, massa kampus biasanya butuh jadwal imsakiyah, ta’jil berbuka, informasi tentang puasa, dan kesempatan untuk beramal lebih. Lembaga dakwah sekiranya cepat merespon kebutuhan ini untuk mendapat hati para mahasiswa.
I               Inisiatif secepatnya. Jangan terlalu lama dalam perencanaan. Segera cepat tanggap dan laksanakan respon yang ada. Jangan sampai keterlambatan respon ini membuat objek dakwah tidak bersemangat lagi atau berpindah haluan, sehingga hilang kesempatan kita untuk menyentuh mereka.
A             Anda gunakan bahasa mereka. Bahasa disini, selain bahasa lingual juga terkait bahasa tubuh, dan materi yang disampaikan. Secara lingual, kita bisa menggunakan bahasa keseharian objek dakwah, apakah itu “aku” dan “kamu” atau “gw” dan “loe” atau “saya” dan “anda”. Tidak perlulah kita terobsesi dengan bahasa arab akan tetapi kita menjadi “makhluk planet” yang hanya menggunakan bahasa yang hanya diantara kita yang mengerti, seperti “ana” dan “antum” atau “afwan” dan “tafadhol”. Secara materi, maksudnya sampaikan sesuatu yang dianggap sesuai dengan kepahaman objek dakwah saat itu. Sebutlah untuk materi “mengenal Allah”, pada tahap awal bisa kita menyampaikan hal yang sederhana tapi tepat, seperti “asmaul husna” atau “tanda-tanda Allah di Alam”. Penyampaian materi yang tepat akan memudahkan objek dakwah memahami apa yang kita maksud.
N             Ndak bacilemak peak. Dalam bahasa minang berarti tidak berantakan atau terstuktur. Adanya perencanaan yang matang, analisis objek yang baik, serta proses yang di monitor dengan rapi dan evaluasi untuk perbaikan kedepannya. Selain itu, tidak berantakan ini juga terkait pengemasan kita. Terkadang kita terlalu menganggap enteng hal yang sederhana, sehingga penyampaian acara seakan “seadanya” dan “dipaksakan”.

Referensi               : slide powerpoint : berbicara dari hati. Adrian Fetriska

Minggu, 02 Maret 2014

Catatan Kuliah Pertama Prilaku Konsumen




Ujang Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.
             Edisi 2 Cetakan 1.   Jakarta: PT Ghalia Indonesia



Kuliah Perilaku Konsumen  Feb – Juni 2014
Dosen:
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc
Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA
Ir. MD Djamaluddin, MSc
Ir. Retnaningsih, MS

Catatan Kuliah Pertama


Saya Azfar Reza Muqafa mahasiswa Departemen ekonomi sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Menejemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada hari senin, 24 Februari 2014 saya mengikuti kuliah Perilaku Konsumen sebagai SC. Kuliah ini disampaikan oleh Dosen yang sangat ahli di bidang konsumen, yaitu Dr. Ir. Lilik Noor yuliati, MFSA.
Hal yang menarik dari kuliah ini adalah bahwa konsumen senang mencari harga yang terbaik meskipun untuk mendapatkannya dibutuhkan biaya yang lebih besar dari selisih harga yang seharusnya. Kita sebagai konsumen sering kurang memperhatikan sisa konsumsi seperti hanya disimpan atau bahkan dibuang. Untuk saat ini pasar internasional sangat potensial karena adanya kesamaan perilaku dan selera.
Dalam hal ini juga ada faktor yang sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli produk barang maupun jasa yaitu motivasi dan kebutuhan, Motivasi muncul karena adanya kebutuhan  yang dirasakan oleh konsumen, kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyaman antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
Seorang konsumen harus memiliki tujuan dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan, dimana dengan adanya tujuan yang akan di capai akan lebih jelas, karena tujuan juga memliki dua tipe yaitu Generic goals (tujuan general) dan Specific product goals (tujuan yang spesifik), adapun salah satu contoh tujuan dalam hal prilaku konsumen seperti tujuan dalam hal kebutuhan menerut maslow kebutuhan konsumen bisa dikatagorikan sebagai: Aktualisasi diri, kebutuhan ego, kebutuhan sosial, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan fisiologis.
Adapun pengertian kebutuhan-kebtuhan yang di katagorikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut meliputi air, udara, rumah, pakaian, dan seks.
2. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar. Ini merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia.
3. Kebutuhan sosial, manusia membutuhkan rasa cinta dari orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, serta diterima oleh orang-orang sekelilingnya.
4. Kebutuhan ego adalah kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yang lebih tuinggi dari yang lainnya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu berhubungan dengan keinginan dari seorang individu untuk menjadikan dirinya sebgai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
6. Kebutuhan sukses adalah kenginan manusia untuk mencapai prestasi, reputasi, dan kariri yang baik. Kebutuhan sukses memiliki kesamaan dengan kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi dari teori maslow. Dll.
 Dalam prilaku konsumen ada dua aplikasi penting dari teori motivasi adalah segmentasi dan positioning
·         Segmentasi: produk atau jasa yang dipasarkan dapat, diarahkan untuk target pasar berdasrkan tingkat kebutuhan.
·         Positioning: citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen